-->

Tuesday 5 April 2011

ANTARA PEDAGANG KECIL DAN PEDAGANG BESAR


LATAR BELAKANG

Bermula dari tingginya tingkat pengangguran di Indonesia yang tak kunjung mereda, berhujung pada nasib banyak masyarakat yang menderita kemiskinan. Pada kenyataannya, angka pengangguran di indonesia masih relatif tinggi. Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada 12 November 2009 lalu, Bramantyo menuturkan, tingkat pengangguran mencapai 9 persen dari total angkatan kerja. Menurut perhitungannya, pertumbuhan ekonomi setidaknya harus mencapai 7,13 persen per tahun agar mampu menyerap tenaga kerja secara optimal. Sedangkan target pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2010 sebesar 5,5 persen. Sebuah kenyataan yang harus diperhatikan.
Menanggapi kenyataan tersebut, maka tidak sedikit masyarakat yang akhirnya memilih untuk berdagang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Bahkan diantaranya ada yang menyandang sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL)” untuk alternatif orang kecil dalam menyiasati hidup di dunia ini. Hal ini disebabkan karena minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Perjuangan mereka dalam pemenuhan kebutuhan hidup belum selesai sampai di situ. Ketatnya persaingan dagang dapat menjadi masalah utama dan membuat masyarakat kecil semakin resah sekaligus mengendurkan harapan mereka sebagai masyarakat hidup makmur. Kita tentu sudah mengetahui bahwa Indonesia merupakan sebuah negara dengan jumlah penduduk yang tinggi dan diperkirakan akan terus meningkat. Hal tersebut mengartikan bahwa persaingan dalam pemenuhan kebutuhan hidup akan semakin ketat. Dimana yang berkuasa adalah yang memenangi persaingan. Dan yang berkuasa akan semakin berkuasa dengan kekuasaan-kekuasaannya. Hal ini tentu akan menyebabkan rentang kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin melebar.
Dalam prakteknya, ada beberapa macam pasar yang dapat kita jumpai di hampir seluruh penjuru kota. Dari pedagang kaki lima sampai ke supermarket kita dapat menjumpainya. Hanya saja letaknya yang berbeda. Pedagang kaki lima dapat kita jumpai di pinggiran jalan, sementara supermarket dapat dijumpai di beberapa mall. Selain itu sesuatu yang ditawarkannya pun berbeda. Dari harga  Biasanya di supermarket tersedia lebih banyak bermacam-macam variasi jenis barang yang ditawarkan dan harganya pun relatif lebih murah bila dibandingkan dengan pedagang kaki lima
Dalam kesempatan ini saya ingin mencoba membahas tentang keberadaan para pedagang kecil dalam persaingan dagang. Bagaimanakah peran dan kinerja mereka dalam menjumpai persaingan dagang? Dan bagaimanakah pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia?
 
 

BAB II
MASALAH
 
Mengapa para pedagang kecil semakin tergeser dan tersudut oleh kehadiran pedagang-pedagang besar? Apa yang seharusnya diupayakan pada pedagang kecil dalam menyikapi persaingan dagang? Apa peranan mereka dalam perkembangan perekonomian Indonesia?
 
LANDASAN TEORI           :
Nilai pendapatan akan didapat dan dipengaruhi oleh nilai konsumsi dengan nilai simpanan maupun investasi. Sebagaimana dinyatakan dalam rumus :
 
 
 
 
 
 
 
Untuk
Y = Nilai Pendapatan
C = Nilai Konsumsi
S = Nilai Simpanan
I = Nilai Investasi
 

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
 
Di indonesia peranan pedagang saat ini bisa dibilang sangat kontras. Dimana keuntungan dan penghasilan pedagang dapat dikatakan lebih besar daripada orang-orang yang bekerja di perkantoran sebagai karyawan. Bayangkan saja, bahkan gaji presiden hampir setara dengan pengusaha. Hal ini membuktikan bahwa pedagang dapat dikatakan memiliki kehidupan yang lebih mumpuni jika dibandingkan dengan hanya sebagai karyawan atau pegawai kantoran biasa.
Di indonesia tidak hanya terdapat pedagang-pedagang besar, melainkan ada juga pedagang-pedagang kecil. Namun keberadaan para pedagang kecil saat ini lebih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Mengingat zaman yang semakin modern, masyarakat lebih memilih untuk bertransaksi dengan pedagang besar daripada pedagang kecil. Walaupun para pedagang kecil menawarkan barang dengan harga yang lebih rendah konsumen tidak akan terpengaruh dan akan tetap memilih untuk membeli barang-barang kebutuhannya kepada para pedagang besar.  Mengapa? Sedikitnya ada 4 faktor yang dipercaya sebagai penyebab masyarakat lebih memilih untuk membeli barang-barang kebutuhannya kepada para pedagang besar.
Faktor-faktor penyebab mengapa masyarakat lebih memilih untuk bertransaksi dengan pedagang besar :
1.      Barang-barang yang ditawarkan lebih beragam dan bervariasi
2.      Fasilitas-fasilitas pendukung yang memudahkan konsumen dalam bertransaksi, sehingga konsumen merasa nyaman dalam berbelanja
3.      Biasanya harga-harga barang yang ditawarkan lebih murah walaupun tidak seluruhnya
4.      Pelayanan yang lebih ramah kepada para konsumen
Dari uraian faktor-faktor di atas, didapat bahwa jumlah barang yang ditawarkan oleh para pedagang besar adalah tinggi dan sangat bervariasi sehingga memungkinkan para konsumen dalam pemilihan mana yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan. Atau mungkin konsumen telah merasa nyaman pada satu produk yang jarang ditemui pada para pedagang kecil. Misalnya, konsumen “A” biasa menggunakan produk pembersih muka “A1” dan konsumen A sudah merasa cocok dengan produk tersebut. Namun produk tersebut sulit dijumpai oleh konsumen “A” di pedagang kecil. Sementara produk tersebut dapat dijumpai pada pedagang besar. Menanggapi hal tersebut tentu konsumen “A” beranggapan bahwa barang-barang yang ditawarkan oleh pedagang kecil tidak lengkap dan akhirnya konsumen “A” beralih ke pedagang besar. Dalam hal ini modal yang kuat sangatlah berperan dalam kelangsungannya.
Faktor lainnya adalah mereka para pedagang besar lebih menawarkan kemudahan-kemudahan dalam bertransaksi yang ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang memadai. Contohnya seperti fasilitas pendingin udara. Konsumen tentu akan merasa nyaman dan akan lebih fokus dalam berbelanja karena mereka terbebas dari rasa gerah dan pengap yang membuat para konsumen tidak betah dan akhirnya para konsumen berbelanja seadanya. Contoh lainnya adalah mesin alat pembayaran yang menawarkan kemudahan dalam membayar. Dimana konsumen tidak dituntut untuk membawa uang yang terkesan  “ribet” apalagi jika uang yang dibawa mereka uang “recehan”. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Dari hal tersebut sudah sewajarnya para konsumen lebih nyaman dalam bertransaksi dengan para pedagang besar. Sebaliknya, para pedagang kecil dengan modal yang terbatas, tentu mereka akan sulit untuk bersaing dengan pedagang-pedagang besar yang semakin marak.
Selain itu faktor lainnya adalah harga barang yang ditawarkan pedagang besar relatif lebih murah jika dibandingkan dengan barang yang ditawarkan oleh para pedagang kecil. Kita ambil saja contoh mie instan. Jika kita membandingkan harga mie instan tersebut dalam pedagang kecil dengan pedagang besar tentu akan lebih murah jika kita membelinya di supermarket atau pihak pedagang besar. Mengapa? Hal ini tentu dipengaruhi oleh permodalan yang kurang dimiliki oleh para pedagang kecil. Sistem perdagangan saat ini menganut sistem borongan. Dimana pihak yang membeli barang dengan jumlah yang banyak akan mendapatkan harga yang lebih murah. Sebaliknya bagi pihak yang membeli produk dengan jumlah sedikit tentu akan mendapatkan harga yang lebih mahal. Dalam hal ini permodalan adalah sumber masalah utama. Tetapi tidak seluruhnya lebih murah. Terkadang kalau kita tidak cermat, terdapat barang-barang yang harganya jauh lebih tinggi jika dibandingkan harga yang ditawarkan oleh pedagang kecil. Selain itu keuntungan kita berbelanja di pasar tradisional (pedagang kecil) adalah harga kekeluargaan. Dimana harga bisa ditawar. Tidak seperti di supermarket (pedagang besar) yang harganya telah dibanderol melainkan tidak bisa ditawar. Karena mayoritas konsumen mengutamakan kenyamanan maka hal tersebut tidak akan memengaruhi minat para konsumen untuk memilih berbelanja di supermarket. Mereka beranggapan walaupun biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang kebutuhan sedikit lebih mahal, tetapi pelayanan yang disuguhkan memuaskan sehingga konsumen tidak segan untuk merogoh kocek lebih dalam.
Kemudian yang terakhir, pelayanan yang bersahabat. Ini sanngatlah penting dan harus diperhatikan dalam urusan berdagang. Banyak atau sedikitnya konsumen dan langganan yang didapat oleh para pedagang sangat bergantung pada pelayanan mereka terhadap konsumen. Kita tahu bahwa dimana sebuah aksi yang diberikan maka akan diterima reaksi. Jika kita memberkan aksi-aksi positif maka tentu reaksi-reakis positif pula yang akan kita dapat. Begitu pula dalam hal ini. Kebanyakan pemilik usaha dagang dalam bentuk apapun beranggapan bahwa konsumen atau biasa sering mereka katakan sebagai tamu adalah raja. Bahkan ada beberapa ada yang berinovasi dengan mencampurkan variasi dalam penyuguhan dalam pelayanan mereka terhadap pelanggan.  Ini diupayakan demi lancarnya kelangsungan penjualan barang-barang dagangan mereka. Dalam hal ini diperlukan pegawai-pegawai terdidik untuk mewujudkannya. Untuk memeroleh pegawai-pegawai tersebut tentu si pemilik usaha dagang berkewajiban untuk memberi upah mereka dengan biaya yang cukup tinggi.
Dari beberapa faktor tadi, saya sering menemukan kata modal sebagai biang masalahnya. Ini menunjukkan bahwa besar sekali peranan modal dalam perdagangan. Modal di sini diartikan sebagai uang yang dimiliki si pemilik usaha dagang dalam mendirikan sebuah usaha dagang. Sementara menurut saya dalam arti sebenarnya, modal merupakan suatu acuan dasar yang dimiliki si pemilik usaha yang kemudian akan dapat menjadi kendaraan dalam menempuh tujuan. Suatu strategi patut diupayakan demi kelancaran usaha mereka.
Dalam ilmu ekonomi, tertulis suatu hukum pendapatan dimana nilai pendapatan akan didapat dan dipengaruhi dari nilai konsumsi serta nilai simpanan maupun nilai investasi. Konsumsi merupakan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Simpanan merupakan selisih dari pendapatan dengan konsumsi. Orang biasanya menganggapnya sebagai uang untuk berjaga-jaga. Investasi sebagai modal yang akan ditentukan dalam masa depan berikutnya. Dalam rumus kita dapat melihat tingkat nilai konsumsi berbanding lurus dengan tingkat nilai pendapatan. Hal ini berarti jika pendapatan mereka para pedagang minimal maka simpanan mereka pun minimal. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada nilai investasi. Jika simpanan yang mereka punya minim maka kemungkinan yang sangat mungkin adalah investasi dalam waktu kedepan bernilai nol atau dapat dikatakan tidak ada investasi yang diberikan. Situasi dimana simpanan bernilai minim inilah yang dialami oeh para pedagang kecil. Dari hal tersebut tentu dapat kita katakan bahwa pedagang kecil tidak mampu untuk memenuhi permodalan dalam arti investasi awal yang dimiliki si pemilik usaha. Jangankan untuk pemenuhan permodalan, untuk memenuhi kebutuhan hidup nya saja tidak mampu. Maka dari itu tak heran jika banyak kita temukan diantara mereka yang menjadi pengemis, pengamen jalanan dan lain lain. Bahkan ada pula di antara mereka yang menjadi pencuri, perampok dan sebagainya.
Melihat kenyataan yang telah diuraikan tadi dapat dikatakan bahwa kehadiran para pedagang-pedagang yang bermodal besar akan menjadi bencana bagi para pedagang dengan modal yang minim. Dalam kenyataan tersebut, tentu akan membuat para pedagang kecil sulit untuk berkembang dalam persaingan dagang yang begitu ketat. Dalam upayanya mereka perlu menggunakan keterampilan mereka dalam berdagang dengan menggunakan strategi-strategi khusus. Seperti halnya barang yang dijual. Mereka harus cermat melihat apa yang kebanyakan orang butuhkan. Salah satunya adalah rokok. Rokok yang telah kita ketahui diidam-idamkan oleh mayoritas masyarakat Indonesia akan menjadi asset terbesar. Berikutnya masih banyak lagi yang dapat diupayakan supaya barang-barang dagangan mereka laku terjual.
Dibalik dari lemahnya pedagang kecil ternyata salah satunya adalah mereka para Pedagang Kaki Lima (PKL) dianggap sebagai penyokong ekonomi nasional, ketika krisis ekonomi tahun 1997, PKL salah satunya usaha yang mampu bertahan tanpa kerugian yang berarti. Namun pandangan dari pihak lain yang memandang mereka dengan sebelah mata PKL dianggap sebagai permasalahan dalam perkotaan, sebagai biang kemacetan, kesemrawutan, penggangu trotoar tempat pejalan kaki dan lain-lain. Oleh karena itu, setiap pemerintahan kota di Indonesia selalu menawarkan solusi pengusiran paksa, penataan sampai penghilangan akses PKL.
Bayangkan, dalam kenyataannya pemerintah tidak memiliki kemampuan dalam penyesuaian lapangan kerja dengan penduduknya. Sementara pemerintah dengan tanpa dosa mengusir mereka para pedagang kecil yang dipandang sebagai biang masalah. Tanpa memedulikan nasib mereka para pedagang kecil. Kita semua tentu telah mengetahui bahwa mereka seperti itu karena dilatarbelakangi oleh kondisi keuangan yang minim dalam pemenuhan kebutuhan hudupnya. Seharusnya pemerintah lebih memerhatikan kondisi penduduknya sebagai keluarga sebangsa Indonesia. Sebuah negara tanpa penduduk tidak dapat dikatakan sebagai negara.
 
 
 
 

BAB IV
PENYELESAIAN
 
KESIMPULAN
Dari penjabaran tadi kita sudah bisa menjawab permasalahan pertama “mengapa para pedagang kecil semakin tergeser dan tersudut oleh kehadiran pedagang-pedagang besar?” permodalan yang minim dari pedagang kecil adalah jawabannya. Dilihat dari faktor-faktor penyebab keminatan pelanggan atau customer terhadap pedagang. Dimana fasilitas-fasilitas memadai dapat menyokong pertumbuhan tingkat pelanggan.
Kemudian permasalahan berikutnya adalah bagaimana cara mengupayakan mereka para pedangang kecil untuk dapat bersaing dalam persaingan dagang. Seperti yang tadi saya jelaskan. Ketika kita mengalami keterbatasan modal, sebagai manusia yang memiliki akal sudah seharusnya mereka menggunakannya untuk menyiasati masalah permodalan tersebut. Tetapi yang utama adalah peran dari pemerintah. Bantuan permodalan disini sangatlah ditentukan mengingat peranannya yang sangat berpengaruh.
Apa peranan mereka dalam perkembangan perekonomian Indonesia? Setelah diteliti lebih lanjut oleh berbagai pihak ternyata Pedagang Kaki Lima (PKL) dianggap sebagai penyokong ekonomi nasional, ketika krisis ekonomi tahun 1997, PKL salah satunya usaha yang mampu bertahan tanpa kerugian yang berarti. Itu berarti mereka memiliki tingkat kesetabilan yang tinggi dalam dunia perdagangan. Coba saja jika kesejahteraan mereka diperhatikan oleh pemerintah. Mungkin ini bisa dapat membantu perkembangan perekonomian Indonesia dengan pembagian hasil dagang.
 
SARAN
Menghadapi kenyataan pemenuhan kebutuhan yang sangat sulit di era modern saat ini. Tak ada salahnya jika mereka yang tidak memiliki penghasilan tetap mencoba untuk berkumpul dan mengajukan proposal kepada pemerintah guna mendirikan sebuah usaha. Hal tersebut diupayakan untuk mengalirkan dana segar dari pemerintah ke tangan para pendiri usaha kecil sebagai modal awal mereka. Dan bagi para pengusaha besar mencoba untuk bebesar hati berbagi rezeki kepada mereka yang bermodal minim. Bayangkan, minimarket kini hadir sampai ke perkampungan-perkampungan sehingga para pedagang kecil pun akan semakin dikesampingkan. Pemerintah seharusnya membagi hak untuk mendirikan usaha antara yang bermodal besar dan yang bermodal kecil. Adanya kerja sama antar pihak tentu akan membantu dalam pemerataan kekayaan. Sehingga kesenjangan harta kekayaan yang dimiliki dapat diminimalkan. Selain itu adanya pelatihan dan pengembangan masyarakat di bidang usaha saya kira dapat membantu permasalahan ini. Masyarakat Indonesia dituntut untuk terampil dibidang usaha sehingga akan menghasilkan unit perusahaan yang berkualitas. Hal ini juga tentu akan membantu pedapatan nasional Negara.



Post a Comment

Budayakan komentar yang sehat, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.