Era globalisasi merupakan era perusahaan multinasional sehingga
kebutuhan akan standar akuntansi internasional memang mutlak diperlukan. Pelaporan
keuangan transnasional mewajibkan perusahaan untuk memahami praktik akuntansi
dimana tempat perusahaan tersebut berkedudukan. Lalu bagaimana jika standar
akuntansi yang dipakai di negara tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang
dipakai di negara lain? Timbulah suatu masalah baik bagi investor dan kreditor
maupun calon investor dan calon kreditor. Mereka akan menemui banyak kesulitan
dalam memahami laporan keuangan yang disajikan dengan keberagaman standar. Hal
tersebut yang akhirnya mendorong IASB (International Accounting Standard Board)
untuk merumuskan standar akuntansi internasional (IFRS).
Manfaat dari adanya suatu standar global:
- Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal.
- Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.
- Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi.
- Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
(Immanuela, 2009 dalam Ari Dewi, 2011)
Selain itu diharapkan dapat mengurangi manajemen laba.
2. Pembahasan
A. Proses Konvergensi
Dewasa ini Indonesia sebagai salah satu Negara G20 juga telah
memutuskan untuk konvergensi ke IFRS. Konvergensi sendiri berarti to become
similar or the same. Dengan demikian konvergensi ke IFRS dapat diartikan
membuat standar akuntansi suatu Negara sama dengan IFRS (Kartikahadi, 2010 dalam
Ari
Dewi, 2011) Konvergensi standar akuntansi standar akuntansi dapat
dilakukan dengan 2 (dua cara) yaitu: adopsi (mengambil langsung dari IFRS), dan
harmonisasi yang secara sederhana dapat diartikan bahwa suatu negara tidak
mengikuti sepenuhnya standar yang berlaku secara internasional melainkan hanya
membuat agar standar akuntansi yang mereka miliki tidak bertentangan dengan standar
akuntansi internasional. Mengingat standar akuntansi tidak terlepas dari tata
hukum, social, ekonomi dan budaya suatu Negara maka pengertian konvergensi ke
IFRS lebih masuk akal untuk harmonisasi (Kartikahadi,2010 dalam Ari
Dewi, 2011). Konvergensi standar akan menghapus perbedaan tersebut
perlahan dan bertahap sehingga nantinya tidak akan ada lagi perbedaan antara
standar negara tersebut dengan standar yang berlaku secara internasional.
Sebenarnya jauh sebelum dunia ramai membicarakan tentang
konvergensi IFRS, ditahun 1994 dalam kongres VII IAI, KPAI telah memutuskan
untuk mengadopsi 100% kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
yang dirumuskan oleh IASC (international Accounting standard committee)
(Kartikahadi, 2010 dalam Ari Dewi, 2011).
Menurut Ari Dewi, 2011, dalam perkembangannya, standar akuntansi
yang awalnya single standard telah berubah menjadi triple standard, yaitu : 1)
standar akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik yang digunakan untuk
perusahaan kecil dan menengah atau perusahaan yang tidak memiliki
akuntanbilitas publik dan tidak memiliki fungsi fiducia, atau perusahaan yang mempunyai
fungsi fiducia tetapi diwajibkan oleg regulator menggunakan standar SAK ETAP
contohnya BPR. 2) Standar Akuntansi Syariah, yang digunakan oleh entitas yang
melakukan transaksi berbasis syariah. 3) Standar akuntansi berbasis IFRS yang
digunakan untuk entitas mempunyai fungsi fiducia dan pertanggungjawaban publik.
B. Manajemen Laba
Definisi
Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan. Teori
agency berfokus pada dua individu yaitu principal dan agen yang masing-masing
pihak yaitu agen dan principal berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya
sendiri, sehingga menimbulkan konflik kepentingan diantara principal dan agen
(Scott, 1997:240 dalam Ari Dewi, 2011).
Menurut Ari Dewi, 2011,
earnings management merupakan intervensi dari pihak manajemen untuk mengatur
laba yaitu dengan menaikkan atau menurunkan laba akuntansi dengan memanfaatkan
atau kelonggaran penggunaan metode dan prosedur akuntansi. Karena standar akuntansi
memperbolehkan perusahaan untuk memilih metode akuntansi
Motivasi
Watts, Zimmerman 1986 dalam dalam Ari Dewi, 2011, menyatakan bahwa motivasi manajemen laba antara lain : 1)
Bonus plan hypothesis dimana laba juga sebagai dasar dalam pemberian bonus kepada
karyawan. Misalnya pada saat keuntungan dijadikan patokan dalam pemberian
bonus, maka akan menciptakan dorongan kepada para manajer untuk memanaje data keuangan
agar dapat menerima bonus seperti yang diinginkan. 2) Debt (equity) hypothesis menagaskan
bahwa perusahaan dengan rasio debt to equity ratio lebih besar, cenderung untuk
memilih prosedurprosedur akuntansi yang dapat menaikkan labanya. 3) Political
cost hypothesis, perusahaan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat
menurunkan laba bersih yang dilaporkan.
Teknik Manajemen laba
Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im, 2000
dalam Ari
Dewi, 2011 dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Manajemen dapat mempengaruhi laba melalui perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi asset tetap atau amortisasi asset tidak berwujud, estimasi biaya garansi, dll.
- Mengubah metode akuntansi. Manajemen laba dapat dilakukan dengan mengubah metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Contoh mengubah depresiasi asset tetap dari metode jumlah angka tahun ke metode garis lurus.
- Menggeser periode biaya atau pendapatan. Manajemen laba dapat dilakukan dengan menggeser periode atau pendapatan. Contohnya dengan mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai pada periode akuntansi periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur penjualan aset tetap perusahaan.
Implikasi Manajemen laba
Disfunctional behavior pihak manajemen dengan melakukan manajemen
laba akan menyebabkan beberapa dampak bagi pengguna laporan keuangan eksternal
maupun internal pertama bagi investor manajemen laba menyebabkan pengungkapan
informasi mengenai penghasilan bersih atau laba menjadi menyesatkan, manajemen
laba dapat merugikan investor, karena akibat dari tidak akurat dan tidak
cukupnya pengungkapan atas laba, investor tidak dapat mengevaluasi return, dan resiko
yang timbul atas portofolionya (Cahyati, 2010 dalam Ari
Dewi, 2011), Kedua bagi Manajer sendiri, akan menanggung akibat dari
manajemen laba yaitu berupa kemungkinan kesulitan keuangan atau kebangkurtan
masa depan (Pramudji, Trihartati, 2010 dalam Ari Dewi, 2011). Ketiga bagi regulator menanggung implikasi berupa hilangnya
integritas dan kredibilitas karena regulasinya mudah dipermainkan(Pramudji,
Trihartati, 2010 dalam Ari Dewi, 2011),
mengingat bahwa fungsi standar akuntansi secara garis besar adalah melaporkan
informasi yang relevan, dapat diandalkan (reliable), dapat dipahami (undestable)
dan dapat diperbandingkan (comparable) kepada pemangku kepentingan (Kartika
hadi, 2010 dalam Ari Dewi, 2011),
maka manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen dapat mengurangi
keandalan dari laporan keuangan perusahaan. Keempat kreditur harus menanggung
implikasi berupa hilangnya kesempatan memperoleh return dan dana yang
dipinjamkan kepada perusahaan yang bersangkutan (Pramudji, Trihartati, 2010 dalam
Ari
Dewi, 2011).
Riset empiris manajemen laba pasca konvergensi IFRS
Ewert dan Wagenhof (2005) menyatakan bahwa standar akuntansi yang semakin
ketat dapat menurunkan manajemen laba dan meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan. Webster dan Thompson (2005) menguji kualitas laba dari perusahaan
kanada yang terdaftar di Bursa Efek Kanada dan Amerika dimana perusahaan Kanada
yang menggunakan standar akuntansi yang principal based mempunyai kualitas
akrual yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan Amerika yang US GAAP yang
rules based. Barth et.al (2008) menemukan bahwa perusahaan yang menggunakan standar
akuntansi keuangan internasional menunjukkan tingkan perataan laba dan manajemen
laba dan mempunyai korelasi yang tinggi antara laba akuntansi dan harga saham
dan return. Lantto (2007). meneliti apakah IFRS menaikkan kegunaan informasi
akuntansi di Finlandia, dengan melakukan survey pada manajer, analis laporan
keuangan dan auditor hasil penelitian menyatakan bahwa baik auditor, manajer
dan analis berpendapat bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan IFRS
dapat diandalkan.dan relevan.
3. Kesimpulan
Dampak positif tentunya diharapkan setelah konvergensi ke IFRS.
Dari sisi ekonomi, dengan adanya keseragaman standar maka akan mengurangi hambatan
investasi lintas Negara sementara di sisi akuntansi akan meningkatnya kualitas
laporan keuangan. Hal sejalan dengan tujuan konvergensi IFRS adalah menjadikan
laporan keuangan menghasilkan informasi yang valid untuk aset, hutang, ekuitas,
pendapatan dan beban perusahaan, meningkatkan komparabilitas laporan keuangan, menyajikan
informasi yang relevan dan reliable serta dapat dimengerti, dan laporan
keuangan dapat diterima secara global. Standar IFRS yang berbasis prinsip, lebih
condong pada penggunaan nilai wajar, dan pengungkapan yang lebih banyak dan
rinci diharapkan dapat mengurangi manajemen laba. Jadi secara teoritis
konvergensi IFRS diharapkan mengurangi manajemen laba yang dilakukan perusahaan.
Demikian artikel singkat ini penulis sampaikan agar dapat memberi wawasan bagi para pembaca terutama mengenai manajemen laba dan konvergensi IFRS. Semoga bermanfaat.
Sumber:
Post a Comment
Budayakan komentar yang sehat, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.