-->

Wednesday 28 May 2014

PELUANG MANAJEMEN LABA PASCA KONVERGENSI IFRS: SEBUAH TINJAUAN TEORITIS DAN EMPIRIS

Postingan kali ini ditulis untuk menyelesaikan tugas bagi penulis blog yang berkaitan dengan mata kuliah Akuntansi Internasional. Dalam tulisan ini akan membahas mengenai peluang manajemen laba pasca konvergensi IFRS dari sisi Akuntansi, khususnya menyoroti peluang manajemen laba pasca konvergensi ke IFRS melalui tinjauan beberapa riset empiris terdahulu. Sebagian besar dari tulisan ini dikutip dari sumber yang tertera di akhir penulisan.
1.      Pendahuluan
Era globalisasi merupakan era perusahaan multinasional sehingga kebutuhan akan standar akuntansi internasional memang mutlak diperlukan. Pelaporan keuangan transnasional mewajibkan perusahaan untuk memahami praktik akuntansi dimana tempat perusahaan tersebut berkedudukan. Lalu bagaimana jika standar akuntansi yang dipakai di negara tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di negara lain? Timbulah suatu masalah baik bagi investor dan kreditor maupun calon investor dan calon kreditor. Mereka akan menemui banyak kesulitan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan dengan keberagaman standar. Hal tersebut yang akhirnya mendorong IASB (International Accounting Standard Board) untuk merumuskan standar akuntansi internasional (IFRS).
Manfaat dari adanya suatu standar global:
  1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal.
  2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.
  3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi.
  4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
(Immanuela, 2009 dalam Ari Dewi, 2011)

Selain itu diharapkan dapat mengurangi manajemen laba.
 
2.   Pembahasan

A.  Proses Konvergensi

Dewasa ini Indonesia sebagai salah satu Negara G20 juga telah memutuskan untuk konvergensi ke IFRS. Konvergensi sendiri berarti to become similar or the same. Dengan demikian konvergensi ke IFRS dapat diartikan membuat standar akuntansi suatu Negara sama dengan IFRS (Kartikahadi, 2010 dalam Ari Dewi, 2011) Konvergensi standar akuntansi standar akuntansi dapat dilakukan dengan 2 (dua cara) yaitu: adopsi (mengambil langsung dari IFRS), dan harmonisasi yang secara sederhana dapat diartikan bahwa suatu negara tidak mengikuti sepenuhnya standar yang berlaku secara internasional melainkan hanya membuat agar standar akuntansi yang mereka miliki tidak bertentangan dengan standar akuntansi internasional. Mengingat standar akuntansi tidak terlepas dari tata hukum, social, ekonomi dan budaya suatu Negara maka pengertian konvergensi ke IFRS lebih masuk akal untuk harmonisasi (Kartikahadi,2010 dalam Ari Dewi, 2011). Konvergensi standar akan menghapus perbedaan tersebut perlahan dan bertahap sehingga nantinya tidak akan ada lagi perbedaan antara standar negara tersebut dengan standar yang berlaku secara internasional.

Sebenarnya jauh sebelum dunia ramai membicarakan tentang konvergensi IFRS, ditahun 1994 dalam kongres VII IAI, KPAI telah memutuskan untuk mengadopsi 100% kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang dirumuskan oleh IASC (international Accounting standard committee) (Kartikahadi, 2010 dalam Ari Dewi, 2011).
Menurut Ari Dewi, 2011, dalam perkembangannya, standar akuntansi yang awalnya single standard telah berubah menjadi triple standard, yaitu : 1) standar akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik yang digunakan untuk perusahaan kecil dan menengah atau perusahaan yang tidak memiliki akuntanbilitas publik dan tidak memiliki fungsi fiducia, atau perusahaan yang mempunyai fungsi fiducia tetapi diwajibkan oleg regulator menggunakan standar SAK ETAP contohnya BPR. 2) Standar Akuntansi Syariah, yang digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi berbasis syariah. 3) Standar akuntansi berbasis IFRS yang digunakan untuk entitas mempunyai fungsi fiducia dan pertanggungjawaban publik.

B.  Manajemen Laba

Definisi
Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan. Teori agency berfokus pada dua individu yaitu principal dan agen yang masing-masing pihak yaitu agen dan principal berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan konflik kepentingan diantara principal dan agen (Scott, 1997:240 dalam Ari Dewi, 2011).
Menurut Ari Dewi, 2011, earnings management merupakan intervensi dari pihak manajemen untuk mengatur laba yaitu dengan menaikkan atau menurunkan laba akuntansi dengan memanfaatkan atau kelonggaran penggunaan metode dan prosedur akuntansi. Karena standar akuntansi memperbolehkan perusahaan untuk memilih metode akuntansi

Motivasi
Watts, Zimmerman 1986 dalam dalam Ari Dewi, 2011, menyatakan bahwa motivasi manajemen laba antara lain : 1) Bonus plan hypothesis dimana laba juga sebagai dasar dalam pemberian bonus kepada karyawan. Misalnya pada saat keuntungan dijadikan patokan dalam pemberian bonus, maka akan menciptakan dorongan kepada para manajer untuk memanaje data keuangan agar dapat menerima bonus seperti yang diinginkan. 2) Debt (equity) hypothesis menagaskan bahwa perusahaan dengan rasio debt to equity ratio lebih besar, cenderung untuk memilih prosedurprosedur akuntansi yang dapat menaikkan labanya. 3) Political cost hypothesis, perusahaan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat menurunkan laba bersih yang dilaporkan.

Teknik Manajemen laba
Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im, 2000 dalam Ari Dewi, 2011 dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Manajemen dapat mempengaruhi laba melalui perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi asset tetap atau amortisasi asset tidak berwujud, estimasi biaya garansi, dll.
  • Mengubah metode akuntansi. Manajemen laba dapat dilakukan dengan mengubah metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Contoh mengubah depresiasi asset tetap dari metode jumlah angka tahun ke metode garis lurus.
  • Menggeser periode biaya atau pendapatan. Manajemen laba dapat dilakukan dengan menggeser periode atau pendapatan. Contohnya dengan mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai pada periode akuntansi periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur penjualan aset tetap perusahaan.
Implikasi Manajemen laba
Disfunctional behavior pihak manajemen dengan melakukan manajemen laba akan menyebabkan beberapa dampak bagi pengguna laporan keuangan eksternal maupun internal pertama bagi investor manajemen laba menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan bersih atau laba menjadi menyesatkan, manajemen laba dapat merugikan investor, karena akibat dari tidak akurat dan tidak cukupnya pengungkapan atas laba, investor tidak dapat mengevaluasi return, dan resiko yang timbul atas portofolionya (Cahyati, 2010 dalam Ari Dewi, 2011), Kedua bagi Manajer sendiri, akan menanggung akibat dari manajemen laba yaitu berupa kemungkinan kesulitan keuangan atau kebangkurtan masa depan (Pramudji, Trihartati, 2010 dalam Ari Dewi, 2011). Ketiga bagi regulator menanggung implikasi berupa hilangnya integritas dan kredibilitas karena regulasinya mudah dipermainkan(Pramudji, Trihartati, 2010 dalam Ari Dewi, 2011), mengingat bahwa fungsi standar akuntansi secara garis besar adalah melaporkan informasi yang relevan, dapat diandalkan (reliable), dapat dipahami (undestable) dan dapat diperbandingkan (comparable) kepada pemangku kepentingan (Kartika hadi, 2010 dalam Ari Dewi, 2011), maka manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen dapat mengurangi keandalan dari laporan keuangan perusahaan. Keempat kreditur harus menanggung implikasi berupa hilangnya kesempatan memperoleh return dan dana yang dipinjamkan kepada perusahaan yang bersangkutan (Pramudji, Trihartati, 2010 dalam Ari Dewi, 2011).

Riset empiris manajemen laba pasca konvergensi IFRS
Ewert dan Wagenhof (2005) menyatakan bahwa standar akuntansi yang semakin ketat dapat menurunkan manajemen laba dan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. Webster dan Thompson (2005) menguji kualitas laba dari perusahaan kanada yang terdaftar di Bursa Efek Kanada dan Amerika dimana perusahaan Kanada yang menggunakan standar akuntansi yang principal based mempunyai kualitas akrual yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan Amerika yang US GAAP yang rules based. Barth et.al (2008) menemukan bahwa perusahaan yang menggunakan standar akuntansi keuangan internasional menunjukkan tingkan perataan laba dan manajemen laba dan mempunyai korelasi yang tinggi antara laba akuntansi dan harga saham dan return. Lantto (2007). meneliti apakah IFRS menaikkan kegunaan informasi akuntansi di Finlandia, dengan melakukan survey pada manajer, analis laporan keuangan dan auditor hasil penelitian menyatakan bahwa baik auditor, manajer dan analis berpendapat bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan IFRS dapat diandalkan.dan relevan.

3.   Kesimpulan
Dampak positif tentunya diharapkan setelah konvergensi ke IFRS. Dari sisi ekonomi, dengan adanya keseragaman standar maka akan mengurangi hambatan investasi lintas Negara sementara di sisi akuntansi akan meningkatnya kualitas laporan keuangan. Hal sejalan dengan tujuan konvergensi IFRS adalah menjadikan laporan keuangan menghasilkan informasi yang valid untuk aset, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan, meningkatkan komparabilitas laporan keuangan, menyajikan informasi yang relevan dan reliable serta dapat dimengerti, dan laporan keuangan dapat diterima secara global. Standar IFRS yang berbasis prinsip, lebih condong pada penggunaan nilai wajar, dan pengungkapan yang lebih banyak dan rinci diharapkan dapat mengurangi manajemen laba. Jadi secara teoritis konvergensi IFRS diharapkan mengurangi manajemen laba yang dilakukan perusahaan.

Demikian artikel singkat ini penulis sampaikan agar dapat memberi wawasan bagi para pembaca terutama mengenai manajemen laba dan konvergensi IFRS. Semoga bermanfaat.

Post a Comment

Budayakan komentar yang sehat, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.